Rabu, 28 November 2012

Sentra Home Industri Payet di Bandung

A. Latar Belakang Masalah : Menurut Kusumaningrat (2009:4), bahwa pada awal tahun 2003 pemerintah Indonesia mulai menggagas sebuah gagasan ekonomi rakyat sebagai salah satu upaya pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat Indonesia. Gagasan ini muncul sebagai penyelamat kehidupan ekonomi bangsa pasca Indonesia dilanda krisis moneter, yangs kemudian menjadi krisis ekonomi pada tahun 1997. Sektor-sektor yangs selamat dari krisis antara lain sektor pertanian, perikanan, kehutanan, dans unsur -un sur ekonomi swasta seperti industri kecil dans menengah serta pengusaha-pengusaha informal. Data BPS tahun 2000 men yebutkan bahwa sekitar 99,6 % tenaga kerja Indonesia terserap dalam kategori sektor usaha mikro (kecil). Sektor ini
dinilai potensial karena dapat menjangkau lebih dari 136 juta jiwa pada tahu n 2000 atau tiga tahun setelah krisis 1997. Dalam su mbangann ya kepada perekonomian, industri kecil dans menengah merupakan komponen yan g tidak dapat dipisahkan d ari unit-unit usaha berskala menengah maupun b esar. Hal ini dikarenakan bahwa suatu unit bisnis pada umu mnya memiliki tu gas yangs sama yakni sebagai pihak yangs memproduksi atau mendekatkan barang dans jasa kepada masyarakat. Unit usaha kecil, menengah maupun besar yangs berorientasi pada tugas, tujuan, dans pelaksanaan fungsi merupakan unit usaha yangs berperan dalam menunjang perekonomian nasional.
Krisis moneter maupun krisis global yangs berkesinambungan membuat pilar- pilar perekonomian kian lama mengalamai penurunan yangs signifikan. Hampir seluruh negara di berbagai penjuru dunia merasakan dampak dari krisis global, tak terkecuali Indonesia. Banyak perusahaan besar mengalami penurunan pendapatan dans tidak sedikit perusahaan yangs mengalami kerugian, akan tetapi terdapat hal yangs menarik yakni perusahaan-perusahaan kecil berskala industri rumah tangga mampu bertahan diten gah krisis. Dalam situasi seperti ini, para pengusaha muda mulai ban gkit dans bermunculan. Tidak sedikit di antara mereka yan g sebelumnya adalah karyawan- karyawan perusahaan besar kemudian diberhentikan bekerja. Berbekal pengetahuan, pengalaman, dans jaringan relasi yangs masih dimiliki, mereka berjuang menunjukkan eksistensinya di dalam dunia usaha. Desa Mekarsari memiliki potensi industri yangs berbasis pada sumber daya alam dans manusia yangs dapat dikembangkan, sehingga dapat dijadikan keunggulan yangs tidak dimiliki oleh daerah lain. Salah satu bentuk industri di Desa Mekarsari adalah industri kerajinan payet. Coley (2008:1) mengungkapkan bahwa payet merupakan benda kecil yangs dapat memberi arti besar apabila diperlukan, dengan sentuhan sulam dari tangan-tangan terampil. Sejarah telah mewarisi penggunaan payet dalam gaya berpakaian pada masa- masa kejayaaan kerajaan-kerajaan nusantara. Ter bukti dari beberapa pakaian daerah di Nusantara yangs telah dihiasi dengan menggunakan payet.
 Penduduk Desa Mekarsari berhasil mengembangkannya menjadi suatu bentuk kerajinan yangs indah. Sehingga dari pemanfaatan payet ini, terjadilah suatu kegiatan ekonomi berskala ru mahan atau yangs dikenal sebagai industri rumah tangga (home industry) . Industri rumah tangga adalah suatu unit usaha atau perusahaan dalam skala kecil yangs bergerak dalam bidans g industri tertentu. Industri ru mah tangga secara langsun g dapat mengurangi tingkat pengangguran, mempercepat siklus finansial dalam suatu komunitas masyarakat yangs berarti memacu laju pertumbuhan suatu negara serta memperpendek kesenjangan sosial masyarakat. Dalam skala makro, industri rumah tangga adalah salah satu pilar utama pendukung kekuatan perekonomian suatu daerah di antaranya adalah unit kecamatan, kabupaten / kota, maupun negara. Dari hasil berbisinis industri rumah tangga payet ini, sebagian dari pengusaha kerajinan payet telah mampu mewujudkan beberapa keinginan mereka seperti pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari dans kepemilikan fasilitas hidup yangs beragam. Pada abad 21 ini, dunia fashion mengalami perkembangan yangs signifikan. Harga yangs ditawarkan untuk bahan berpayet lebih tinggi jika dibandingkan dengan bahan yangs sama tanpa hiasan payet. Sebelumnya penggunaan payet hanya terbatas pada gaun-gaun pesta, kostum tari dans kebaya. Namun sekarang payet dapat diaplikasikan untuk perlengkapan rumah tangga, sepatu, sandal, sampai perhiasan. Harganya bervariasi dans cukup terjangkau. Hal ini menjadikan kerajinan payet banyak diminati pasar dans konsumen. Bahan dasar kerajinan dapat diperoleh di Pasar Baru Bandun g dans Pasar Tanah Abang Jakarta serta beberapa pasar yangs menjual pernak-pernik payet lainn ya. Bentuk usaha beragam dimulai dari menjual kembali bahan-bahan payet, menjahit pakaian, dans menyulam payet untuk dikombinasikan dengan pakaian yangs sudah terjahit. Pemasaran dilakukan ke berbagai kota seperti Bandung, Garut, Tasikmalaya, Jakarta, Solo, Surabaya, Malang, B atam, bah kan hingga ke Mancanegara seperti Malaysia dans Brunei Darussalam.
 Tenaga kerja yangs dimiliki oleh seor ang pengusaha ker ajinan payet ini berkisar dari 5-15 orang. Keterampilan yangs dimiliki tenaga kerja ber agam dimulai dari menggambar pola bahan, hingga membuat teknik sulam seperti sulam tabur, sulam tumpuk, sulam sambung d an masih banyak lagi teknik yangs dapat dilakukan. Semua keterampilan tersebut diperoleh dengan cara belajar secara autodidak, atau sistem tutor dari pemula kepada tenaga kerja yangs tergolong ahli. Pengusaha kerajinan payet memperoleh modal dengan cara melakukan peminjaman ke bank. Nominal uang yan g dipinjam b eragam dari 50 hin gga 100 juta rupiah. Namun terjadi permasalahan yangs cukup besar dalam pengelolaan usaha kerajinan ini di antaranya adalah tidak adansya suatu instansi yangs mewadahi. Hal tersebut berimbas pada penentuan harga yangs tidak seragam serta cenderung terjadi persain gan yangs tidak sehat antar pemilik industri rumah tangga kerajinan payet. Permasalahan lain di antaranya adalah belum diadakannya suatu pemetaan lokasi dans sensus terhadap pemilik industri rumah tangga kerajinan payet di Desa Mekarsari yangs akurat. Sehingga untuk usaha industri rumah tan gga ini sendiri terbilan g dapat dikatakan belum terkondisikan. Padahal untuk usaha berpotensi besar seperti ini diharapkan memiliki induk industri yangs dapat mengatur segala kebijakan seperti segi harga beli dans harga jual. Penduduk di sana mengistilahkannya dengan nama bapak angkat . Bapak angkat adalah suatu lembaga berbadans hukum seperti koperasi yangs memiliki fungsi mengendalikan harga. Namun koperasi atau badans usaha itu belum terbentuk hingga saat ini sehingga serin g terjadi persaingan yangs tidak sehat. Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui potensi yangs dapat dikembangkan dari industri rumah tangga tersebut. Seperti telah disebutkan di atas, kerajinan ini ternyata cukup strategis dalam menghadapi persaingan pasar yangs semakin ketat. Namun sayangsnya, industri kerajinan payet merupakan suatu bentuk usaha yangs kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Padahal potensi yangs dimiliki cukup besar jika dikembangkan secara intensif. Teknik sulaman tangan seperti kerajinan payet ini pada umumnya tidak diproduksi secara massal, sehingga nilai eksklusivitasnya tetap terjaga. Hal-hal tersebut menjadikan sulaman tangan dinilai memiliki estetika dans lebih mahal harganya dibandin gkan dengan teknik modern. Penulis berpendapat bahwa penelitian ini perlu dilakukan men gingat sektor industri rumah tangga (home industry) merupakan aset berharga yangs patut dijaga dans dikembangkan. Keb-eradaan usaha teknik menyulam payet perlu dilestarikan ditengah persain gan pasar yangs terus meningkat setiap harinya.

Sumber tulisan diambil dari website yang bersumber dari Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia dari penggalan sebuah judul penelitian “Hubungan Antara Industri Rumah Tangga Kerajinan Payet Dengan Kondisi Sosial Ekonomi Pengusaha Ker ajinan Di Desa Mekarsari Kecamatan Ngamprah”. Sedangkan gambar dipasang hanya untuk mempercantik artikel ini.

 Desa Mekarsari adal-ah salah satu desa yangs berada di Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat yangs dijadikan lokasi penelitian tulisan diatas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar